5 Februari 2018

Skripsweet or Skripsh*t ???


        S.K.R.I.P.S.I….??? Tujuh huruf dalam satu kata yang sering menghantui Mahasiswa tingkat akhir. Salah satu jalan untuk terbebas dari teori perkuliahan yang didapat dan mengaplikasikannya dalam bentuk kalimat deskriptif. Skripsi, sebuah jembatan untuk memperoleh gelar keilmuan yang telah ditempuh selama tiga sampai empat tahun atau bahkan lebih semasa perkuliahan. Skripsi menurut KBBI adalah sebuah kata benda yang berarti karangan ilmiah yang wajib ditulis oleh mahasiswa sebagai bagian dari persyaratan akhir pendidikan akademisnya.

Sebenarnya, tidak semua kampus mewajibkan Mahasiswanya untuk membuat karya tulis ilmiah sebagai syarat akhir mendapatkan gelar akademiknya. Beberapa kampus ternama diluar negeri seperti Oxford tidak menerapkan Skripsi, tapi mereka memakai beberapa ujian yang berlangsung sekitar tiga mingguan. Itu yang aku tau sedikit dari Vlognya kakak cantik Maudi Ayunda. Kembali lagi ngomongin Skripsi ya. Dulu, waktu awal-awal masuk kuliah banyak dengar slentingan-slentingan dari Kating (re: kakak tingkat) tentang betapa menyiksa dan menyulitkannya si Skripsi ini. Sampai-sampai ada yang tumbang ditengah jalan. Melambaikan tangan ke kamera, “aku nyerah aja ah”. Tapi, dari banyak keluhan, ada juga yang menjalani Skripsi adem ayem aja. Iya, santai tapi dikerjain. Nah, mereka yang nyelow tapi keep doing ini yang aku jadiin panutan saat ngerjain Skripsi beberapa waktu lalu.

Menulis Skripsi bukan hal yang sulit tapi juga nggak gampang. Kadang banyak kerikil-kerikil atau tikungan-tikungan tajam didepan. Dari awal saja kadang harus kesandung duluan, contohnya judul skripsi yang sudah pernah dipakai sama kating, atau sama teman seangkatan. Udah yakin sama topik dan judul yang mau diangkat, eh malah harus ganti lagi. Khann bikin ngedown gimana gitu. Kadang juga ada kasus nggak nemu-nemu inspirasi mau angkat topik apa, atau kurang yakin sama judulnya terus akhirnya mentok, nggak dapet inspirasi. Ada juga yang udah yakin sama judulnya, eh dosbing (re: dosen pembimbing) nggak nerima suruh ganti lagi. Iya kalau langsung dapet, nah ini harus berkontemplasi, semedi berhari-hari berbulan-bulan –janganlah- buat nemuin judul baru. Kasus lain, udah bikin sampai proposal eh dosen penguji ngebantai pas seminar proposal, suruh ganti keseluruhan. Ahhh, greget krenyes-krenyes, kriyuk-kriyuk deh. Ada juga Dosbingnya yang sulit banget ditemuin, karena agenda keluar negeri, keluar kota, ngurus ini itu, lagi kuliah dan masih banyak kegiatan beliau-beliau tersayang. Hambatan bukan hanya datang dari faktor eksternal, tapi hambatan yang paling berat itu dateng dari diri kita sendiri. Bagaimana kita melawan sifat buruk yang terlanjur melekat, yaitu MALAS. Aku yakin ini salah satu problem terbesar mahasiswa tingkat akhir saat menyelesaikan karya ilmiahnya. Ya, fase naik tangga emang nggak mudah, berat (biar aku saja. Heleehh korban Dilan -_-‘) melangkah keatas memikul beban, belum lagi halangan dan rintangannya. Kan, mau jadi seseorang dengan kualitas lebih baik, jadi ujiannya juga harus lebih sulit.

Nah, aku bakal ceritain gimana proses ngerjain Skripsi based on my experience yaw. Jadi, sejak semester dua aku udah kepikiran mau ngambil topik apa pas Skripsi di semester tujuh nanti. Gils, lu baru semester dua udah mikirin skripsi aja dek?. Hal itu karena pada suatu pagi aku bertemu sama mbak-mbak dari UNDIP di Masjid Kampus yang mau penelitian sama dosen HI UMY. Beliau banyak cerita dan kasih wejangan buat aku si mahasiswa baru yang tidak tahu apa-apa ini. Sampai pada akhirnya kita ngobrolin masalah skripsi. Topik Skripsi beliau tentang paradiplomacy, dan salah satu pakarnya ternyata adalah dosen HI UMY, notabenenya adalah dosen favorit aku. Dari pertemuan singkat itulah, akhirnya inspirasi itu muncul dan bertahan. Di Semester 6, ada mata kuliah Seminar Hubungan Internasional. Mata kuliah ini isinya kayak Metodologi Penelitian Sosial dijurusan lain, cuman namanya aja lebih kerenan dikit (no offense J). Mata kuliah ini outputnya yaitu proposal skripsi sekitar 70% fix. Karena topik paradiplomacy masih mengisi satu ruang dihati dan otakku, maka aku putuskan untuk melanjutkannya lalu berfokus pada kerjasama Sister City antara Kota Bandung dan Seoul. Alhamdulillah, topik dan judul Skripsi pilihanku tunggal, nggak ada yang ngembarin. Mata kuliah selesai, 70% proposal skripsi juga selesai.

Semester 7 telah datang, sedangkan aku masih berada diujung utara negeri. Menunaikan kewajiban salah satu tridarma perguruan tinggi, yaitu mengabdi pada masyarakat, KKN atau bahasa kerennya Community Services. Skripsi apa kabarmu? Ah entahlah…Sampai pada pertengahan September aku telah kembali ke Jogja, siap untuk bertempur dengan skenario perskripsian. Disaat jurusan lain di kampus sudah bergelut dengan bimbingan, kita anak HI masih terombang ambing menanti kepastian pembagian Dosbing. Malahan, anak Fisipol kampus sebelah sudah penelitian, sedangkan aku dan teman-teman seperHI-an masih bertahan menunggu kabar dari jurusan. Nggak ngerti sih, kenapa bisa selama ini prosesnya. Padahal mereka nyuruh kita buat cepet-cepet lulus, tapi dosbing tidak kunjung diberikan. Ya, memang proses administrasi selalu memperumit. -_- Baru pada awal Oktober kepastian itu datang, nama-nama dosen pembimbing sudah keluar di KRS (Kartu Rencana Studi), dan Alhamdulillah dosen inceran kudapatkan, sesuai dengan topik dan kebutuhan aku, thanks God.

            Kehidupan perskripsian telah dimulai, kegabutan telah berakhir. Jujur, awal bikin skripsi stress level bertambah. Ada kegalauan menghampiri, apakah benar-benar judul ini akan berhasil, apakah datanya mencukupi, apakah judul ini worth it, dan banyak apakah-apakah lainnya. Kadang ngeliat judul teman yang keren-keren sempet ngerasa minder. Tapi, aku sudah memulai separuh perjalanan masa mau kembali kegaris awal lagi? Akhirnya, aku teruskan saja. Bab I sudah selesai, walaupun dihiasi oleh peluh dan air mata. Huhuhu, kekhawatiran jika proposal ditolak saat seminar bikin aku jadi was-was dan kadang tidur nggak nyenyak, sampai-sampai kebawa mimpi terus tiba-tiba skripsinya selesai pas buka mata. Akhirnya, aku seminar proposal pertengahan November. Senengnya pas seminar itu banyak masukan dari dosen penguji, malahan dikasih gambaran nanti di bab selanjutnya bakal bahas apa aja. Tak henti-hentinya syukur selalu dipanjatkan kepada Allah, dosbing dan dospeng semuanya kooperatif, selalu kasih saran yang membangun.

Akhir November aku berangkat penelitian ke Bandung, untungnya aku bersama teman yang topiknya sama jadi kita selalu kemana-mana berdua. Ngurus perizinan ke Kesbangbol DIY, Kesbangpol Ja-Bar, Kesbangpol Bandung, sampai akhirnya ke Kasub Kerjasama Pemkot Bandung tempat penelitian kita. Dari hati yang terdalam, aku sangat berterimakasih buat semua pihak di Bandung yang telah memperlancar perjalanan dan penelitian, Seriously, orang Bandung nggak Cuma cakep sama cantik doang tapi mereka baikkk bangett. Selama penelitian aku nyambi nyelesein Bab II sama Bab III, yang Alhamdulillah datanya bisa didapetin di Kantor dan website resmi pemkot Bandung. Tapi, Bab III yang membahas tentang Seoul itu source-nya sedikit sekali. Alhasil aku harus menelusuri website pemkot Seoul dengan bahasa Hangeul dan buku-buku yang harus diterjemahkan ke Inggris dulu, lalu ke Indonesia. Riweuh sih, tapi ya mau gimana lagi satu-satunya jalan ya harus dilewatin walau banyak duri yang menghadang.

“Tidak ada yang lebih tabah, di banding Mahasiwa tingkat akhir saat Skripsi”

Kabar berhembus, batas akhir pendaftaran Sidang Skripsi tanggal 12 Desember. Perasaan campur aduk apakah bisa kamu menyelesaikan target awalmu Na, atau haruskah kamu mundur untuk Yudisium dibulan Mei tahun depan? Bab II dan Bab III sudah selesai, tapi saat menyelesaikan Bab IV, data-data kurang mencukupi. Masih banyak yang harus dibahas, sedangkan aku mentok dihalaman ke lima Bab IV. Tanpa pikir panjang lagi, aku langsung menghubungi pegawai Kasub Kerjasama Pemkot Bandung untuk mengulik serangkaian informasi pelengkap via WA. Walaupun secara informal beliau selalu menanggapi semua pertanyaan yang aku ajukan dan menjawab sebagaimana aku butuhkan. Sungguh, semoga kebaikan selalu dilimpahkan atas beliau. Aamiin.

Senin 11 Desember bersama teman seperjuangan aku ajukan bab iv sampai lampiran. Tidak mudah, kami butuh bolak-balik untuk memperbaiki dan merapikan dari halaman judul hingga lampiran. Hari itu kami hampir menyerah, kami tinggalkan bundelan skripsi diatas meja dosbing. Hanya doa yang bisa aku panjatkan, barangkali dihari terakhir besok ada keajaiban. Wallaa, pukul tujuh pagi handphone berdering, dosbing mengirim foto dua bundel Skripsi bertandatangan dan dertuliskan ACC Ujian Skripsi. Alhamdulillah, hanya sujud syukur yang terpikirkan saat itu. Betapa bahagianya, pengejaran ini hampir pada akhirnya. Terkadang doa yang kita panjatkan langsung diijabah oleh Allah SWT, dibayar tuntas saat itu juga tanpa ditunda. Dan aku telah membuktikannya. Sungguh maha besar Allah.

Ujian penentuan masih dipuncak penantian, menunggu untuk dituntaskan. FYI gaess, dari belibetnya urusan Skripsi justru lebih ribet urusan daftar mendaftar keadministrasian. Harus towaf kampus buat ngurus ini itu, persyaratan Toefl, slip pembayaran, foto, cetak skripsi, sertifikat dll sebagai tiket masuk ujian pendadaran. Setelah berhasil daftar ujian Skripsi, ademlah suasana hati, tinggal belajar mengontrol detak jantung yang deg-degannya tak tertahankan karena ujiannya empat hari kedepan. Sungguh secepat kilat, nggak tau lagi segala prosesnya dipercepat dan justru menuju hari H ujian segala urusan dipermudah. Begitupun saat ujian berlangsung segalanya dipermudah, baru juga jelasin bab I udah “cukup” langsung masukan dari dosen penguji. Lah, ini Sidang skripsi apa proposalan. Sebenarnya secara pribadi belum puas kalau nggak ngejelasin sampai akhir, tapi apalah daya dospeng sudah paham betul mengenai hasil di bab iv, ya sudahlah ini mungkin kemudahan dari Allah berkat doa-doa Ibu disepertiga malamnya. Orang-orang terbaik disekitar kehidupanku selalu mendukung dan memberi ruang untuk konsentrasi penuh menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih pada seluruh pihak yang telah terlibat di penulisan Skripsi hana. Lah, kok malah kayak halaman persembahan gini sih. Hehehe


Jika diliat lagi kisah hidup skripsian aku kayaknya gampang banget dan cepet banget. Aku juga baru sadar saat semua fase ini sudah berakhir. Mulai dari topik yang mudah, dosbing yang super duper nyaman dan baik banget, penelitian yang dipermudah, dosen penguji yang luar biasa baiknya dan masih banyak kemudahan-kemudahan lain. Aku jadi ingat setiap kali ada yang bertanya “Han, mau wisuda kapan?”, “Periode terdekat”, “Emang masih bisa?”, “InsyaAllah, selama masih bisa mengejar ya dikejar semampunya”. Taraaa…Semua prasangka, planning, perkataan positif dikabulkan oleh Allah yang Maha Baik. Jadi, intinya target boleh, usaha harus doa jangan lupa plus selalu kelilingi diri dengan aura yang positif. InsyaAllah, semua yang diusahakan akan sebanding dengan hasil yang didapatkan. Selalu semangat ngerjain Skripsi, jangan mau temenan sama yang namanya males, jujur itu sifat yang nempel lengket banget dan sulit dilepaskan bahkan sampai sekarang. Jangan sungkan buat ngechat dosbing duluan, SKSD aja, tapi masih dalam batas kesopanan loh ya…Semoga teman-teman yang sedang dalam masa skripsian dipermudah dan dilancarkan urusannya. . Jadikan Skripsimu semanis rasa ketika berjumpa dengan dia, Selamat bersripSweet riaa... :)