S.K.R.I.P.S.I….??? Tujuh huruf dalam
satu kata yang sering menghantui Mahasiswa tingkat akhir. Salah satu jalan
untuk terbebas dari teori perkuliahan yang didapat dan mengaplikasikannya dalam
bentuk kalimat deskriptif. Skripsi, sebuah jembatan untuk memperoleh gelar
keilmuan yang telah ditempuh selama tiga sampai empat tahun atau bahkan lebih semasa
perkuliahan. Skripsi menurut
KBBI adalah sebuah kata benda yang berarti karangan ilmiah yang wajib ditulis oleh
mahasiswa sebagai bagian dari persyaratan akhir pendidikan akademisnya.
Sebenarnya, tidak semua kampus mewajibkan
Mahasiswanya untuk membuat karya tulis ilmiah sebagai syarat akhir mendapatkan
gelar akademiknya. Beberapa kampus ternama diluar negeri seperti Oxford tidak menerapkan
Skripsi, tapi mereka memakai beberapa ujian yang berlangsung sekitar tiga
mingguan. Itu yang aku tau sedikit dari Vlognya kakak cantik Maudi Ayunda. Kembali
lagi ngomongin Skripsi ya. Dulu, waktu awal-awal masuk kuliah banyak dengar
slentingan-slentingan dari Kating (re: kakak tingkat) tentang betapa menyiksa
dan menyulitkannya si Skripsi ini. Sampai-sampai ada yang tumbang ditengah
jalan. Melambaikan tangan ke kamera, “aku
nyerah aja ah”. Tapi, dari banyak keluhan, ada juga yang menjalani Skripsi
adem ayem aja. Iya, santai tapi dikerjain. Nah, mereka yang nyelow tapi keep doing ini yang aku jadiin panutan saat ngerjain Skripsi beberapa
waktu lalu.
Menulis Skripsi bukan hal yang sulit tapi
juga nggak gampang. Kadang banyak kerikil-kerikil atau tikungan-tikungan tajam
didepan. Dari awal saja kadang harus kesandung duluan, contohnya judul skripsi
yang sudah pernah dipakai sama kating, atau sama teman seangkatan. Udah yakin sama
topik dan judul yang mau diangkat, eh malah harus ganti lagi. Khann bikin ngedown gimana gitu. Kadang juga ada kasus nggak
nemu-nemu inspirasi mau angkat topik apa, atau kurang yakin sama judulnya terus
akhirnya mentok, nggak dapet inspirasi. Ada juga yang udah yakin sama judulnya,
eh dosbing (re: dosen pembimbing) nggak nerima suruh ganti lagi. Iya kalau langsung
dapet, nah ini harus berkontemplasi, semedi berhari-hari berbulan-bulan –janganlah-
buat nemuin judul baru. Kasus lain, udah bikin sampai proposal eh dosen penguji
ngebantai pas seminar proposal, suruh ganti keseluruhan. Ahhh, greget
krenyes-krenyes, kriyuk-kriyuk deh. Ada juga Dosbingnya yang sulit banget
ditemuin, karena agenda keluar negeri, keluar kota, ngurus ini itu, lagi kuliah
dan masih banyak kegiatan beliau-beliau tersayang. Hambatan bukan hanya datang dari
faktor eksternal, tapi hambatan yang paling berat itu dateng dari diri kita sendiri.
Bagaimana kita melawan sifat buruk yang terlanjur melekat, yaitu MALAS. Aku yakin ini salah satu problem terbesar mahasiswa tingkat akhir
saat menyelesaikan karya ilmiahnya. Ya, fase naik tangga emang nggak mudah,
berat (biar aku saja. Heleehh korban Dilan -_-‘) melangkah keatas memikul
beban, belum lagi halangan dan rintangannya. Kan, mau jadi seseorang dengan
kualitas lebih baik, jadi ujiannya juga harus lebih sulit.
Nah, aku bakal ceritain gimana proses ngerjain
Skripsi based on my experience yaw.
Jadi, sejak semester dua aku udah kepikiran mau ngambil topik apa pas Skripsi
di semester tujuh nanti. Gils, lu baru
semester dua udah mikirin skripsi aja dek?. Hal itu karena pada suatu pagi
aku bertemu sama mbak-mbak dari UNDIP di Masjid Kampus yang mau penelitian sama
dosen HI UMY. Beliau banyak cerita dan kasih wejangan buat aku si mahasiswa
baru yang tidak tahu apa-apa ini. Sampai pada akhirnya kita ngobrolin masalah
skripsi. Topik Skripsi beliau tentang paradiplomacy,
dan salah satu pakarnya ternyata adalah dosen HI UMY, notabenenya adalah
dosen favorit aku. Dari pertemuan singkat itulah, akhirnya inspirasi itu muncul
dan bertahan. Di Semester 6, ada mata kuliah Seminar Hubungan Internasional.
Mata kuliah ini isinya kayak Metodologi Penelitian Sosial dijurusan lain, cuman
namanya aja lebih kerenan dikit (no
offense J). Mata kuliah ini outputnya yaitu proposal skripsi sekitar
70% fix. Karena topik paradiplomacy
masih mengisi satu ruang dihati dan otakku, maka aku putuskan untuk
melanjutkannya lalu berfokus pada kerjasama Sister
City antara Kota Bandung dan Seoul. Alhamdulillah, topik dan judul Skripsi
pilihanku tunggal, nggak ada yang ngembarin. Mata kuliah selesai, 70% proposal
skripsi juga selesai.
Semester 7 telah datang, sedangkan aku masih
berada diujung utara negeri. Menunaikan kewajiban salah satu tridarma perguruan
tinggi, yaitu mengabdi pada masyarakat, KKN atau bahasa kerennya Community Services. Skripsi apa kabarmu?
Ah entahlah…Sampai pada pertengahan September aku telah kembali ke Jogja, siap
untuk bertempur dengan skenario perskripsian. Disaat jurusan lain di kampus
sudah bergelut dengan bimbingan, kita anak HI masih terombang ambing menanti
kepastian pembagian Dosbing. Malahan, anak Fisipol kampus sebelah sudah
penelitian, sedangkan aku dan teman-teman seperHI-an masih bertahan menunggu
kabar dari jurusan. Nggak ngerti sih, kenapa bisa selama ini prosesnya. Padahal
mereka nyuruh kita buat cepet-cepet lulus, tapi dosbing tidak kunjung
diberikan. Ya, memang proses administrasi selalu memperumit. -_- Baru pada awal
Oktober kepastian itu datang, nama-nama dosen pembimbing sudah keluar di KRS
(Kartu Rencana Studi), dan Alhamdulillah dosen inceran kudapatkan, sesuai
dengan topik dan kebutuhan aku, thanks
God.
Kehidupan perskripsian telah dimulai,
kegabutan telah berakhir. Jujur, awal bikin skripsi stress level bertambah. Ada kegalauan menghampiri, apakah
benar-benar judul ini akan berhasil, apakah datanya mencukupi, apakah judul ini
worth it, dan banyak apakah-apakah
lainnya. Kadang ngeliat judul teman yang keren-keren sempet ngerasa minder.
Tapi, aku sudah memulai separuh perjalanan masa mau kembali kegaris awal lagi?
Akhirnya, aku teruskan saja. Bab I sudah selesai, walaupun dihiasi oleh peluh
dan air mata. Huhuhu, kekhawatiran jika proposal ditolak saat seminar bikin aku
jadi was-was dan kadang tidur nggak nyenyak, sampai-sampai kebawa mimpi terus
tiba-tiba skripsinya selesai pas buka mata. Akhirnya, aku seminar proposal
pertengahan November. Senengnya pas seminar itu banyak masukan dari dosen
penguji, malahan dikasih gambaran nanti di bab selanjutnya bakal bahas apa aja.
Tak henti-hentinya syukur selalu dipanjatkan kepada Allah, dosbing dan dospeng
semuanya kooperatif, selalu kasih saran yang membangun.
Akhir November aku berangkat penelitian ke Bandung, untungnya
aku bersama teman yang topiknya sama jadi kita selalu kemana-mana berdua. Ngurus
perizinan ke Kesbangbol DIY, Kesbangpol Ja-Bar, Kesbangpol Bandung, sampai
akhirnya ke Kasub Kerjasama Pemkot Bandung tempat penelitian kita. Dari hati
yang terdalam, aku sangat berterimakasih buat semua pihak di Bandung yang telah
memperlancar perjalanan dan penelitian, Seriously,
orang Bandung nggak Cuma cakep sama cantik doang tapi mereka baikkk bangett. Selama penelitian aku
nyambi nyelesein Bab II sama Bab III, yang Alhamdulillah datanya bisa didapetin
di Kantor dan website resmi pemkot Bandung. Tapi, Bab III yang membahas tentang
Seoul itu source-nya sedikit sekali. Alhasil
aku harus menelusuri website pemkot Seoul dengan bahasa Hangeul dan buku-buku
yang harus diterjemahkan ke Inggris dulu, lalu ke Indonesia. Riweuh sih, tapi ya mau gimana lagi
satu-satunya jalan ya harus dilewatin walau banyak duri yang menghadang.
“Tidak ada yang
lebih tabah, di banding Mahasiwa tingkat akhir saat Skripsi”
Kabar berhembus, batas akhir pendaftaran Sidang
Skripsi tanggal 12 Desember. Perasaan campur aduk apakah bisa kamu
menyelesaikan target awalmu Na, atau haruskah kamu mundur untuk Yudisium
dibulan Mei tahun depan? Bab II dan Bab III sudah selesai, tapi saat
menyelesaikan Bab IV, data-data kurang mencukupi. Masih banyak yang harus
dibahas, sedangkan aku mentok dihalaman ke lima Bab IV. Tanpa pikir panjang
lagi, aku langsung menghubungi pegawai Kasub Kerjasama Pemkot Bandung untuk
mengulik serangkaian informasi pelengkap via WA. Walaupun secara informal
beliau selalu menanggapi semua pertanyaan yang aku ajukan dan menjawab
sebagaimana aku butuhkan. Sungguh, semoga kebaikan selalu dilimpahkan atas
beliau. Aamiin.
Senin 11 Desember bersama teman seperjuangan aku
ajukan bab iv sampai lampiran. Tidak mudah, kami butuh bolak-balik untuk memperbaiki
dan merapikan dari halaman judul hingga lampiran. Hari itu kami hampir menyerah,
kami tinggalkan bundelan skripsi diatas meja dosbing. Hanya doa yang bisa aku
panjatkan, barangkali dihari terakhir besok ada keajaiban. Wallaa, pukul tujuh pagi handphone berdering, dosbing mengirim foto
dua bundel Skripsi bertandatangan dan dertuliskan ACC Ujian Skripsi. Alhamdulillah, hanya sujud syukur yang
terpikirkan saat itu. Betapa bahagianya, pengejaran ini hampir pada akhirnya. Terkadang
doa yang kita panjatkan langsung diijabah oleh Allah SWT, dibayar tuntas saat
itu juga tanpa ditunda. Dan aku telah membuktikannya. Sungguh maha besar Allah.
Ujian penentuan masih dipuncak penantian, menunggu
untuk dituntaskan. FYI gaess, dari
belibetnya urusan Skripsi justru lebih ribet urusan daftar mendaftar keadministrasian.
Harus towaf kampus buat ngurus ini
itu, persyaratan Toefl, slip pembayaran,
foto, cetak skripsi, sertifikat dll sebagai tiket masuk ujian pendadaran. Setelah
berhasil daftar ujian Skripsi, ademlah suasana hati, tinggal belajar mengontrol
detak jantung yang deg-degannya tak tertahankan karena ujiannya empat hari
kedepan. Sungguh secepat kilat, nggak tau lagi segala prosesnya dipercepat dan
justru menuju hari H ujian segala urusan dipermudah. Begitupun saat ujian
berlangsung segalanya dipermudah, baru juga jelasin bab I udah “cukup” langsung
masukan dari dosen penguji. Lah, ini Sidang skripsi apa proposalan. Sebenarnya
secara pribadi belum puas kalau nggak ngejelasin sampai akhir, tapi apalah daya
dospeng sudah paham betul mengenai hasil di bab iv, ya sudahlah ini mungkin
kemudahan dari Allah berkat doa-doa Ibu disepertiga malamnya. Orang-orang
terbaik disekitar kehidupanku selalu mendukung dan memberi ruang untuk
konsentrasi penuh menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih pada seluruh pihak
yang telah terlibat di penulisan Skripsi hana. Lah, kok malah kayak halaman persembahan
gini sih. Hehehe
Jika diliat lagi kisah hidup skripsian aku kayaknya
gampang banget dan cepet banget. Aku juga baru sadar saat semua fase ini sudah
berakhir. Mulai dari topik yang mudah, dosbing yang super duper nyaman dan baik
banget, penelitian yang dipermudah, dosen penguji yang luar biasa baiknya dan
masih banyak kemudahan-kemudahan lain. Aku jadi ingat setiap kali ada yang
bertanya “Han, mau wisuda kapan?”, “Periode terdekat”, “Emang masih bisa?”, “InsyaAllah,
selama masih bisa mengejar ya dikejar semampunya”. Taraaa…Semua prasangka, planning, perkataan positif dikabulkan
oleh Allah yang Maha Baik. Jadi, intinya target boleh, usaha harus doa jangan
lupa plus selalu kelilingi diri dengan aura yang positif. InsyaAllah,
semua yang diusahakan akan sebanding dengan hasil yang didapatkan. Selalu
semangat ngerjain Skripsi, jangan mau temenan sama yang namanya males, jujur itu
sifat yang nempel lengket banget dan sulit dilepaskan bahkan sampai sekarang. Jangan
sungkan buat ngechat dosbing duluan,
SKSD aja, tapi masih dalam batas kesopanan loh ya…Semoga teman-teman yang
sedang dalam masa skripsian dipermudah dan dilancarkan urusannya. . Jadikan Skripsimu semanis rasa ketika berjumpa dengan dia, Selamat bersripSweet riaa... :)