Sesungguhnya Engkau tahu
bahwa hati ini tlah berpadu
berhimpun dalam naungan cintaMu
bahwa hati ini tlah berpadu
berhimpun dalam naungan cintaMu
bertemu dalam ketaatan
bersatu dalam perjuangan
menegakkan syariat dalam kehidupan
bersatu dalam perjuangan
menegakkan syariat dalam kehidupan
kuatkanlah ikatannya
kekalkanlah cintanya
tunjukilah jalan-jalannya
kekalkanlah cintanya
tunjukilah jalan-jalannya
terangilah dengan cahyaMu
yang tiada pernah padam
ya Rabbi bimbinglah kami
yang tiada pernah padam
ya Rabbi bimbinglah kami
lapangkanlah dada kami
dengan karunia iman
dan indahnya tawakkal padaMu
dengan karunia iman
dan indahnya tawakkal padaMu
hidupkan dengan ma’rifatMu
matikan dalam syahid di jalanMu
Engkaulah pelindung dan pembela
matikan dalam syahid di jalanMu
Engkaulah pelindung dan pembela
Mentari pagi di subuh Kamis tanggal 18
Mei 2017 bahkan belum berniat untuk bangun dari tidurnya, sedangkan aku sudah
bersiap menanti taxi yang akan mengantarkanku ke terminal A Bandara Adi Sutcipto,
Yogyakarta. Perjalanan dari rest home
ke Bandara cukup panjang bersama Bapak Taxi yang mengemudi sungguh safety driving dan pintar memilih jalan
tikus untuk segera sampai tujuan dengan ongkos yang cukup murah dari biasanya.
(thanks bapak) Di Bandara telah
banyak kawan-kawan dari berbagai kampus di Jogja yang akan bertolak ke tanah
melayu juga. Kita berangkat satu rombongan, satu tujuan, satu pesawat tapi
enggak saling kenal. Ya begitulah dalam
hidup kita kadang memiliki visi misi yang sama namun sulit untuk bersatu hanya
karena rasa malu. Opooseh na.
Long
story short, jam enam empat lima
kita akhirnya masuk ke burung besi putih dengan ikon singa merah yang
menggemaskan (heumss). Yeayy, perjalanan menuju tanah Sumatera dimulai. Kita
terbang sekitar satu jam lima puluh menit direct
dari Jogja ke Pekanbaru. Sampai di Bandara Sultan Syarif Kasim II aku pun
terhenyak, teringat oleh kata-kata saat tahun pertama kuliah dan mengikuti
ajang Miss ala-ala di Asrama. Saat itu, aku didapuk untuk mengikuti ajang yang
sebenarnya bukan gue banget lah dan
harus mewakili provinsi Riau. Nah, saat itu nggak tau apa-apa mengenai Riau,
yang diinget cuman kabut asap. Hehehe. Saat persiapan sebelum naik panggung
didepan cermin waktu sedang di timpukin bedak, foundation dan teman-temannya
aku nyeletuk “ Nggak papa lah ya sekarang
nggak tau tentang Riau tapi malah ngewakilin Riau, siapa tahu suatu saat bisa
menginjakkan kaki di Riau”. And it
becomes true. Sekarang aku benar-benar berada di tanah Riau, The Homeland of Melayu. Nah, satu
pelajaran nih perkataan adalah doa, jadi berbicaralah
yang baik siapa tahu bakalan terwujud. Eyakkkk
Berfoto didepan Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II |
Back to story, kita sampe pukul 09.00 nunggu jemputan tapi nggak ada kabar dan akhirnya baru dateng jam 12.00 karena satu dan banyak kendala lainnya. First impression saat liat jalanan di Pekanbaru, “MasyaAllah, asri sekali. taman dijalannya diberi lahan yang cukup luas, bunga-bunga melambai-lambai seakan berkata ‘selamat datang’ tapi sayang panasnya euyy mantap pisan (sebenernya nggak beda jauh sih sama Jogja)”. Then, kita dibawa oleh Panitia ke Masjid Universitas Riau “Arfaunnas”. Disana tempat registrasi dan pengarahan ke hotel mana kita bakalan at least stay for three days, meski awalnya kita nggak kedata dan sempet sedikit gondok akhirnya kita ditempatkan ke hotel paling deket sama kampus “ Hotel Mona”. Thanks akak-akak Committee. And FYI, kita belum makan dari pagi sampe jam enam sore, and it means seharian buat aku karena dari kemaren sore aku belum makan. But, thanks to akak LO-nya Puskomda Jember yang telah bersedia membelikan sate saat diriku telah memasuki fase starving. Hehehe. Di Hotel saya sekamar sama temen sekampus Mey si adik yang super sabar, Mbak Fath Arina Fahma dari Universitas Jember tapi asli Bantul sang cadok kocak, Teteh Sri Nurbayani Adha alumni Universitas Padjajaran anak Satra Rusia yang kita mintain ajarin bahasanya Masha and The Bear. (Saat nulis ini aku membayangkan paras ayu kalian-kalian,lho. Jadi kangen kan.) Hehehe. Ana ukhibukum fillah gaess.
Jumat, 19 Mei 2017 pagi-pagi kita menuju
Venue Panjat Tebing Universitas Riau tempat
berlangsungnya acara pembukaan. Disana telah dihadiri para pejabat daerah dan
pejabat kampus. Kita disuguhi
tari-tarian khas Melayu, gurindam Melayu dan pidato yang tak pernah luput
menggunakan pantun khas budaya melayu. Tapi, yang paling menyita perhatian
khalayak terutama kaum wanita adalah MC kecenya yang comel sangat. Hahaha.
Suasana pembukaan FSLDKN XVIII Riau, di Venue Panjat Tebing UNRI |
Setelah acara pembukaan, panitia mengahadirkan
seminar kepemudaan dengan pembicara
hebat Prof. Herman (CMIIW) dan ketua
MITI pusat yang saya lupa namanya. (Maafkeun saya bapak) Dalam seminar itu kita
banyak mendapat wejangan dari beliau berdua. Indonesia
akan menjadi negeri yang maju bila pemudanya berkarakter kuat, berintegritas
dan berakhalak mulia. Setelah seminar semua peserta ikhwan diarahkan
untuk melaksanakan sholat jumat bersama-sama di Masjid kampus. Nah, setelah sholat Jumat semua peserta dibagi
menjadi tiga seperti yang sudah diplotkan oleh setiap Puskomda sebelumnya,
yaitu kelas Sidang, Traning For Trainer
(TFT) dan Seminar. Aku dapat kelas TFT yang bertempat di aula Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik Univ. Riau.
Materi dimulai pukul 14.00, diawali oleh
pemaparan dari Bapak Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau. Beliau mengenalkan
beberapa objek pariwisata di Riau, seperti Bono si ombak di Sungai yang cuman
ada dua di dunia, Kerajaan Siak, Candi Muara Takus, Festival bakar perahu dan
masih banyak lagi. Nah ini salah satu yang membuat kita kepingin mengunjungi
salah satunya di hari minggu. You did it,
Sir. Materi selanjutnya yang disampaikan oleh Team Trainer dari FSLDK yang
saat itu dipegang oleh ITB. Pemaparan pertama dibawakan oleh akh Izzam Kepala
Departemen Kaderisasi GAMAIS ITB Periode 2016-2017, dia banyak menjelaskan
banyak hal dan akan aku share di
bawah. Materi kedua dibawain sama akh Aroma Eka Sekjend GAMAIS ITB Periode
2016-2017 tentang humas dan jaringan. Penyampaiannya seru banget, mungkin
karena bidangnya aku ya, jadi nyambung dia nyampein ini aku nangkepnya ini juga,
sefrekuensi lah ya intinya. Untuk materi yang disampaikan nanti bakalan aku
share juga dibawah. Then, kegiatan
hari itu berakhir pukul sembilan malam. Second
day was so hilarious. Banyak ilmu, banyak saudara, banyak wawasan yang
didapet. Alhamdulillah.
Sabtu pagi kembali ke aula FISIP dengan
agenda materi Keorganisasian yang disampein sama Ketua GAMAIS ITB Periode
2016-2017 akh Wali dan pengenalan PMLDK oleh akh Azzam. Honestly, awalnya ngantuk banget karena kita duduk dibarisan
belakang, karena posisi duduk di arrange
ulang sama Pantita. Aku sebagai audiens yang kadang nggak fokus lebih memilih
buat duduk didepan supaya bisa nerima materi secara keseluruhan dan melihat slide lebih jelas, maklumlah manusia
berkacamata. Nah kali ini nggak dapet kursi depan karena satu dan lain hal
sehingga membuat diriku ingin terlelap karena nggak fokus dan tidak bisa
membaca slide didepan dengan jelas. Yang
aku ingat dari materi yang disampaikan akh wali satu “ Tidak ada LDK yang lebih baik dari LDK lainnya, karena medan dan ranah
dakwahnya tiap LDK berbeda-beda”. Nah pas materi akh Azzam aku kayak
dihujami beribu anak panah yang menembus relung jiwaku (Alayy banget na). Iya,
beliau bilang “Kalian yang saat materi disampaikan tidur kalian adalah
segolongan orang yang rugi………………..(CMIIW)” Kurang lebih yang aku inget gitu
tapi lebih lengkapnya aku lupa. Hehehe Pokoknya menohok diriku bangetlah. Well, aku nggak tidur sih tapi ngantuk
dan itu hampir mendekati perilaku tidur dan intinya aku nggak bisa menerima
ilmu yang disampaikan. Astagfirullah.
Disitu aku sadar, begitu banyak temen-temen lain yang ingin ikut acara ini,
kegiatan ini, menimba ilmu di forum ini. Kamu yang sudah ada disini janganlah menyiakan
kesempatan langka yang nggak semua orang bisa dapatkan. So, pelajaran kedua jangan tidur dimanapun
kamu menuntut ilmu, nanti ilmunya berbalik menuntut kamu. Oposeh, na.
hehehe
Kegiatan hari Sabtu tidak sepadat Jumat
kemarin, setelah materi PMLDK selesai peserta TFT diarahkan buat ikut Seminar
di Venue Panjat Tebing dan berakhir sekitar pukul 17.00. Akhirnya kita balik ke
Hotel buat beres-beres. Tapi, kali itu aku dan Inayah (si adek yang
gemesin..hohoho) memilih untuk jalan kaki kembali ke Hotel. Walaupun jaraknya
cukup jauh tapi kami berniat untuk menikmati senja cantik sambil jalan santai
di kampus orang. Hewhew. Sesampainya di Hotel, peserta sidang belum pada
pulang. Mereka masih pleno menentukan Puskomnas yang baru dan tuan rumah FSLDKN
XVIX yang selanjutnya kita tahu dari Teh Sri dan Mbak Arin bahwa Puskomnas
terpilih adalah LDK Salam UI dan tuan rumah FSLDKN XVIX adalah Universitas
Halileo, Sulawesi Tenggara. Barakallah wa
inalillah.
Penyerahan jabatan secara simbolis dari PUSKOMNAS lama kepada PUSKOMNAS terpilih |
Minggu, 21 Mei 2017. Kita sudah siap
menuju acara terakhir sejak pukul 03.00, kita diharuskan sudah check out dari Hotel pukul 05.00 dan
memindahkan barang-barang ke Masjid Arfaunnas. Agenda hari itu adalah aksi yang
bertajuk “Cinta NKRI”, dan konser amal yang menghadirkan Nashid asli dari Riau
dan Izzatul Islam. Aksi berlangsung khidmat dan damai, dimulai dari pelataran
Masjid Kampus sampai depan gerbang utama UNRI. Ini pengalaman pertama aku ikut
aksi seperti ini. Sebelumnya, aku lebih memilih untuk terjun pada aksi galang
dana untuk korban bencana dan solidaritas Palestina+Suriah. First Experience yang bakal aku ulangi
lagi. Bagi aku, ini bukan demonstrasi tapi menyuarakan aspirasi. Kalaupun suara
yang telah kita keluarkan lewat cara-cara formal tidak mempan, aksi seperti ini
kadang menjadi pilihan untuk lebih didengar para Pemimpin Negara. Setelah aksi
selesai kita kembali kepusat acara yaitu Konser amal untuk Palestina bersama
Izzatul Islam. Alhamdulillah donasi yang didapat cukup banyak, ada sekitar
40-an juta yang terkumpul kala itu. MasyaAllah. Agenda tersebut menjadi penutup
acara FSDLKN XVIII Riau. Semua orang bersuka cita atas terselenggara dan
suksesnya acara ini. Semoga kita semua dapat menuai manfaat dan membagikan
manfaatnya. Aamiin. Terimakasih kepada semua Panitia yang terlibat atas segala jerih
payahnya. You treat us well.
Aksi FSLDK cinta NKRI |
Berakhirnya acara tersebut bukan berarti
berakhir pula ikatan saudara kita, karena pada hakikatnya hati-hati kita telah
berpadu menjadi satu dalam ukhuwah islamiah menuju kejayaan Islam. Walau raga kita telah terpisah, tapi ikatan
kita sesungguhnya tetaplah erat. Bersama dijalan dakwah berliku untuk meraih
Cinta-Nya. InsyaAllah kita semua akan tetap dipersaudarakan sampai surgaNya nan
indah dan mulia. Aamiin Allahuma Aamiin.
Cerita di Siak mohon bersabar, akan di unggah di postingan
selanjutnya.... So, stay tune yaww...
Foto bersama peserta dari berbagai daerah di Indonesia |
Note :
Berikut beberapa materi yang disampaikan pada Training For Trainer FSLDKN 18 Riau oleh Tim PMLDK Gamais ITB
Link Research :